SEMUA TENTANG PARAGRAF DAN KALIMAT EFEKTIF

PARAGRAF DAN KALIMAT EFEKTIF

PENDAHULUAN

Paragraf adalah kumpulan dari beberapa kalimat yang membahas tentang suatu gagasan atau topik. Istilah paragraf atau alinea sangat sering kita dengar dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya dalam pembuatan karya ilmiah. Istilah tersebut sering digunakan dalam berbagai kegiatan, contohnya dalam karya tulis berupa surat, skripsi, laporan, dan lain-lain. Dalam pembuatan karya tulis, paragraf satu dan paragraf lainnya harus memiliki keterkaitan. Begitu pula dengan kalimat efektif yang merupakan kalimat yang mengungkapkan gagasan penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pembaca atau pendengar secara tepat pula. Paragraf dan kalimat efektif saling berkaitan dan menjadi penting agar para pembaca dapat menangkap ide yang disampaikan penulis dengan benar.
Dalam makalah ini, kami akan membahas lebih dalam lagi tentang definisi, penggunaan, dan jenis-jenis paragraf serta penggunaan kalimat efektif yang benar pada penulisan karya tulis. Adapun tujuan dari topik pembahasan kami adalah memberi pengetahuan kepada para pembaca agar tidak melakukan kesalahan dalam penulisan paragraf dan kalimat efektif pada sebuah karya tulis.

PEMBAHASAN

1.   PARAGRAF

A. Pengertian Paragraf
Secara etimologis, paragraf yang juga sering disebut alinea merupakan kata serapan dari Bahasa Inggris yaitu “paragraph” dan Bahasa Belanda “alinea”. Sedangkan dari Bahasa Yunani, paragraf terdiri dari kata para yang berarti sebelum, dan grafein yang berarti menulis atau menggores.
Pengertian paragraf menurut beberapa ahli :
-    John Langan (2003: 11) mengatakan series of sentences about one main idea, or a point, yang artinya seperangkat kalimat yang membicarakan sebuah ide utama atau suatu masalah dan menurut Langan, paragraf itu juga sebuah ide pokok yang didukung oleh kalimat penjelas dan pendukung untuk membangun keutuhan makna.
-    Arifin (1988: 125) mengatakan bahwa paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik.
-    Hasan Alwi (2001: 1-2) mengatakan bahwa sebagai miniatur sebuah karangan, jika sebuah karangan mempunyai tujuan yang dinyatakan dalam tesis, maka tujuan paragraf dinyatakan di dalam kalimat topik, maksudnya  di sini Hasan Alwi menyamakan kedudukan sebuah karangan dan paragraf.

B.  Ciri-Ciri Paragraf
Ciri- ciri paragraf adalah sebagai berikut :
-    Setiap kalimat pertama dimulai setelah 5 atau 6 ketukan spasi dari pinggir kertas untuk membuat paragraf yang baru.
-    Mengembangkan sebuah pikiran utama dari sebuah topik.
-    Membuat kalimat pengembang sebagai pendukung gagasan utama.
-    Menggunakan kalimat penjelas dengan memperhatikan kata penghubung antar kalimat dan kelogisannya.
-    Mengemukakan informasi yang mendukung gagasan pokok seperti ilustrasi, contoh, dan detail secara efektif.
Dalam sebuah paragraf terdapat beberapa bentuk kalimat, yaitu kalimat pengantar (prolog), kalimat utama, kalimat penjelas, dan kalimat penutup.
C.  Fungsi Paragraf
Seperti halnya kegiatan atau aktivitas menulis lainnya, menulis paragraf pun memiliki fungsi dan arti tertentu. Berikut dikemukakan beberapa fungsi paragraf di dalam penulisan.
a)   Paragraf menandai pembukaan gagasan atau ide baru dan dapat pula berupa pengembangan lebih lanjut dari ide atau gagasan utama (main idea) sebelumnya;
b)   Paragraf menandai hal-hal yang penting dari uraian atau penjelasan pada paragraf sebelumnya;
c)   Paragraf mengekspresikan gagasan tertulis dengan memberi bentuk suatu pikiran dan perasaan ke dalam serangkaian kalimat yang tersusun secara logis di dalam suatu kesatuan;
d)  Paragraf menandai peralihan (pergantian) gagasan baru bagi karangan yang terdiri dari beberapa paragraf ganti (ganti pikiran);
e)   Paragraf memudahkan pemahaman bagi pembacanya;
f)    Paragraf memudahkan pengembangan topik karangan ke dalam satuan-satuan unit pikiran yang lebih kecil;
g)   Paragraf memudahkan pengendalian atau pengontrolan gagasan utama (Widjono H.s., 2008: 174); dan
h)   Paragraf memudahkan perujukan atau pengacuan dalam membaca atau pengutipan (Alek, 2009: 127).


D. Syarat Paragraf yang Baik
Terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk membuat suatu paragraf yang baik dan objektif.  Betty Mattix Dietsch (2003: 80) mengungkapkan enam syarat yang harus dipenuhi untuk membuat sebuah "paragraf yang efektif". Syarat-syarat paragraf yang baik menurut Betty Mattix Dietsch dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kejelasan
Uraian yang dikemukakan di dalam paragraf harus memiliki kejelasan urutan penjelasan antarkomponen atau satuan bahasa yang digunakan secara seimbang sehingga alur pikir penulis dapat diikuti dan mudah dimengerti. Lebih Ianjut, Dietsch mengatakan di dalam bukunya, aspek kejelasan menjadi aspek formal di dalam penulisan paragraf.  Kejelasan di sini adalah pikiran atau ide terjalin dengan lancar, pemilihan kata yang tepat, dan penyusunan kalimat yang efektif yang ditandai dengan pemberian penekanan pada  bagian-bagian tertentu yang menggambarkan keseluruhan isi paragraf.
2. Ketertarikan
Aspek ketertarikan ini mendapat perhatian tersendiri bagi pembaca, sebab bukan tidak mungkin apa yang ditulis tidak akan dibaca jika topik atau pokok persoalan yang ditulis tidak membangkitkan minat dan hasrat pembaca untuk membacanya. Oleh karena itu, pilihlah topik yang menarik sehingga dapat menyalurkan ketertarikan kepada pembaca dengan baik melalui tulisan.
3. Kesatuan
Kesatuan di dalam paragraf bermakna semua kalimat yang membangun paragraf itu secara bersama-sama menyatakan suatu hal atau suatu pokok pikiran atau topik tertentu. Setiap paragraf yang ada di dalam suatu karangan harus menjelaskan suatu maksud atau sebuah pokok pikiran atau gagasan utama dengan jelas. Kesatuan dalam hal ini tidak boleh diartikan bahwa suatu paragraf hanya memuat satu hal saja. Sebuah paragraf yang memiliki kesatuan bisa saja mengandung beberapa hal atau perincian, tetapi semua unsur tersebut haruslah digerakkan atau difungsikan secara bersama-sama untuk menunjang dan membangun sebuah maksud atau gagasan tunggal. Maksud tunggal itulah yang ingin disampaikan oleh penulis melalui suatu paragraf, karena fungsi setiap paragraf adalah untuk mengembangkan sebuah gagasan tunggal, maka tidak boleh terdapat unsur-unsur yang sama sekali tidak mempunyai pertalian dengan maksud tunggal tadi. Penyimpangan dari maksud tunggal hanya akan mempersulit pembaca, yang pada akhirnya juga mempersulit pembaca memahami maksud penulis.
Gagasan utama atau gagasan pokok yang diungkapkan oleh sebuah paragraf biasanya ditempatkan di dalam sebuah kalimat topik atau pokok. Adapun kalimat-kalimat lainnya yang turut membangun suatu paragraf memuat perincian lebih lanjut dari gagasan utama. Kalimat utama atau kalimat pokok merupakan sarana dari gagasan yang dikembangkan dalam paragraf tersebut. Perkembangan suatu paragraf dapat mendahului kemunculan sebuah gagasan utama, tergantung dari metode pengembangan paragraf tersebut. Misalnya, bila seorang penulis ingin memberi bukti-bukti tertentu sebelum menuju kepada suatu kesimpulan, maka kesimpulan pada akhir paragraflah yang merupakan kalimat utamanya.
Suatu kesimpulan dapat pula dihadirkan pada awal paragraf dan disusul dengan pemaparan bukti-bukti untuk memperkuat kesimpulan yang telah dipaparkan. Oleh sebab itu, penempatan kalimat topik merupakan suatu faktor yang benar-benar harus diperhatikan untuk menyusun sebuah paragraf yang baik. Jadi, dalam tulisan yang baik, terdapat empat macam cara untuk menempatkan sebuah kalimat topik atau kalimat utama, yaitu di awal, di tengah, di akhir, serta di awal dan akhir paragraf.
4.   Koherensi
Upaya untuk membangun suatu paragraf yang baik diawali dengan cara menghubungkan dan menjalinkan satu kalimat dengan kalimat lain secara lancar dan logis. Lebih lanjut, istilah "koherensi" memiliki makna "pertalian". Koherensi ialah keterpaduan hubungan antara sebuah kalimat dan kalimat yang lain yang membentuk suatu paragraf. Kepaduan yang baik terjadi apabila hubungan timbal balik antara kalimat-kalimat yang membina paragraf itu baik, wajar, dan mudah dipahami tanpa kesulitan. Pembaca dapat dengan mudah mengikuti jalan pikiran penulis tanpa merasa bahwa terdapat suatu "jurang" yang memisahkan sebuah kalimat dari kalimat Iainnya dan tidak terdapat loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan.
Dalam konsep kewacanaan, pertalian berarti makna atau isi kalimat (H. G. Tarigan, 1987: 32). Koherensi juga berarti hubungan timbal balik yang serasi antarunsur di dalam kalimat (Keraf, 1984: 38). Sejalan dengan itu, H. S. Wahjudi (1989:6) berpendapat bahwa hubungan koherensi ialah keterkaitan antara bagian yang satu dengan bagian lainnya sehingga kalimat memiliki kesatuan makna yang utuh. Paragraf yang koheren memiliki ciri susunannya teratur dan amanatnya terjalin rapi sehingga mudah diinterpretasikan (Samiati, 1989: 5).
Brown dan Yule (1983: 224) menegaskan bahwa koherensi berarti kepaduan dan pemahaman antarsatuan yang terdapat pada suatu teks atau tuturan. Dalam struktur paragraf atau wacana, aspek koherensi sangat diperlukan keberadaannya untuk menata pertalian batin antara proposisi yang satu dan proposisi Iainnya untuk mendapatkan keutuhan. Keutuhan yang koheren tersebut dijabarkan oleh adanya hubungan-hubungan makna yang terjadi pada unsur-unsur (bagian) proposisi secara semantis. Hubungan tersebut terkadang terjadi melalui alat bantu kohesi, tetapi terkadang dapat terjadi tanpa bantuan kohesi. Secara keseluruhan, hubungan makna yang bersifat koheren menjadi bagian dari organisasi semantis.
Lebih lanjut, Halliday dan Hassan (1976:2) menegaskan bahwa struktur paragraf atau wacana pada dasarnya bukanlah struktur sintaksis, melainkan struktur semantik, yakni semantik kalimat yang di dalamnya mengandung proposisi-proposisi sebab beberapa kalimat hanya akan menjadi paragraf atau wacana sepanjang ada hubungan makna (arti) di antara kalimat-kalimat itu sendiri. Hanya atas dasar hubungan koherensi inilah, seperangkat kalimat tersebut dapat diterima sebagai suatu keseluruhan yang relatif lengkap.
1.   Kelengkapan
Kelengkapan berfungsi membuat para pembaca menikmati dan memahami isi paragraf dengan mudah. Kelengkapan sebuah paragraf berkaitan dengan rincian pendukung atau keterangan di dalam sebuah paragraf. Perincian dari keterangan itu diperlukan agar pernyataan umum yang ada mudah dipahami. Rincian keterangan itu dapat berupa fakta, perbuatan, tempat, dan waktu kejadian. Rincian keterangan dapat dinyatakan dalam bentuk contoh dan ilustrasi yang relevan dengan pernyataan umum. Rincian keterangan juga bisa berupa pengungkapan informasi dalam sebuah paragraf.
Jadi sebuah paragraf dikatakan lengkap apabila di dalamnya terdapat kalimat-kalimat penjelas dan kalimat penjelas tersebut memerlukan bantuan kata penghubung antar kalimat maupun intra kalimat.
5.   Kebenaran
Kebenaran berkaitan dengan berbagai aspek Bahasa, seperti kebenaran tata Bahasa dan struktur kalimat yang dapat membantu pembaca memahami isi. Aspek lainnya adalah kebenaran informasi yang dikemukakan dalam paragraf sehingga paragraf tersebut dapat memberi nilai manfaat.
E.   Macam-Macam Paragraf
Berdasarkan sifat dan tujuannya paragraf dibedakan menjadi sebagai berikut :
-       Paragraf  Pembuka
Paragraf ini berfungsi untuk menghantarkan karangan, karena sebagai pembuka paragraf ini harus menarik minat pembaca dan membuat pembaca menyiapkan pikiran tentang apa yang akan kita uraikan, dalam paragraf ini paragraf yang pendek lebih baik agar bisa menghindari kesulitan memahami gagasan utama dan kebosanan bagi pembaca.
Ada beberapa cara menimbulkan minat pembaca, seperti mulailah kalimat pembaca dengan sebuah kutipan, pribahasa, anekdot, menunjukkan mengapa subjek tersebut penting, membuat suatu pernyataan atau mengungkapkan suatu kontras yang menarik seperti pengalaman pribadi baik yang menyenagkan maupun tidak menyenangkan.
-    Paragraf Penghubung
Paragraf ini terdapat di semua paragraf yang berada di antara paragraf pembuka dan paragraf penutup. Paragraf ini harus disusun berdasarkan suatu perkembangan yang logis dan juga urut, apabila dalam paragraf ini terdapat suatu uraian tentang pertentangan pendapat maka beberapa pendapat harus disiapkan untuk menekankan pendapat pengarang.
-    Paragraf Peralihan
Paragraf ini bersifat menghubungkan serangkaian gagasan. Jadi paragraf peralihan merupakan penyimpulan paragraf sebelumnya dan pengantar bagi paragraf selanjutnya.

-    Paragraf Penutup
Paragraf ini bertujuan untuk mengakhiri karangan, artinya paragraf ini mengandung kesimpulan dari berbagai pendapat dari paragraf- paragraf sebelumnya.
Simpulan yang paling baik adalah inti sari dari persoalan yang mencakup semua unsur yang dirangkai dengan pandangan penulis dalam membangun proposi yang utuh dan jelas. Paragraf penutup tidak boleh terlalu panjang dan juga tidak dapat di akhiri begitu saja, hal yang paling tepat dalam membuat paragraf penutup adalah penyimpulan yang bulat dan betul-betul mengakhiri uraian serta menimbulkan banyak pesan bagi pembaca.

F.   Pengembangan Paragraf
Beberapa cara untuk mengmbangan suatu paragraf adalah sebagai berikut:
-       Pertentangan
Pengembangan dengan cara pertentangan menggunakan beberapa ungkapan, seperti sedangkan, berbeda dari, lain halnya, dan akan tetapi.
-       Perbandingan
Pengembangan dengan cara perbandingan bisa menggunakan ungkapan, seperti demikian juga, seperti, sementara itu, sama dengan, dan akan tetapi.
-       Analogi
Analogi adalah pengungkapan suatu objek yang dijelaskan dengan objek lain yang memiliki persamaan atau kemiripan dengan bantuan kiasan. Kata-kata yang bisa digunakan untuk beranalogi, yaitu ibaratnya, seperti dan bagaikan.
-    Sebab Akibat
Pengembangan ini dilakukan untuk menerangkan suatu kejadian, ungkapan yang bisa digunakan, yaitu padahal, akibatnya, oleh karena itu, dan karena.
-    Definisi
Pengembangan dengan cara definisi bisa menggunakan ungkapan, seperti adalah, yaitu, ialah, dan merupakan. Kata ”adalah” sendiri biasanya digunakan jika sesuatu yang akan didefinisikan adalah kata benda, “yaitu” digunakan jika sesuatu yang akan didefinisikan diawali dengan kata kerja atau sifat, dan jika penulis ingin mendefinisikan pengertian rupa atau wujud maka ungkapan yang tepat adalah “merupakan-lah”.
-       Klasifikasi
Pengembangan ini adalah pengembangan paragraf melalui pengelompokan berdasarkan ciri-ciri tertentu. Kata atau ungkapan yang bisa digunakan, yaitu digolongkan menjadi, terbagi menjadi, dan mengklasifikasikan.

2.   KALIMAT EFEKTIF

A. Kalimat Efektif
Banyak orang yang tidak memahami penggunaan kalimat efektif dimasa sekarang ini, akibatnya berbagai kesalahan dalam ucapan maupun tulisan sering dilakukan. Seperti yang kita tahu, bahwa kalimat efektif sangat penting untuk digunakan dalam kehidupan sehari hari utamanya para mahasiswa dalam kegiatan karang-mengarang maupun tulis-menulis. Contohnya menulis makalah, karya ilmiah, laporan, menyampaikan pengumuman dan lain-lain.
B.  Definisi Kalimat Efektif
Kalimat tidak boleh dipahami hanya sekadar bangunan kebahasaan yang minimal terdiri dari unsur subjek dan predikat. Kalimat juga tidak cukup dipahami hanya sebagai satuan kebahasaan terkecil yang dapat digunakan untuk mengungkapkan ide atau gagasan yang utuh. Akan tetapi, lebih dari semua itu sebuah kalimat harus dapat dipahami sebagai wujud kebahasaan yang mampu menimbulkan kembali gagasan atau ide yang ada dalam diri penulis persis sama dengan ide atau gagasan yang dimiliki pembacanya.
Kalimat efektif sendiri dapat diartikan sebagai sebuah kalimat yang mengikuti aturan kaidah bahasa Indonesia secara baik dan benar sehingga yang dimaksud kaidah itu adalah Pedoman Umum Ejaan Bahsasa Indonesia (PUEBI). Dalam konteks lisan, adanya kalimat efektif berfungsi untuk mempermudah pendengar memahami pembicara, sedangkan dalam konteks tulisan kalimat efektif ini dapat mempermudah pembaca memahami maksud penulis. Kalimat efektif disampaikan secara jelas, singkat dan tepat.
·   Jelas, artinya mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca;
·   Singkat, artinya hemat dalam penggunaan kata;
·   Tepat, dapat sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku.
C.  Syarat-Syarat Kalimat Efektif
-       Sesuai PUEBI
Kalimat efektif haruslah menggunakan ejaan maupun tanda baca yang tepat. Kata baku pun harus diperhatikan, jangan sampai kalimat yang kita tulis maupun sampaikan ternyata tidak tepat ejaannya.
-       Sistematis
Jika kita menulis maupun menyampaikan kalimat efektif tentu harus memperhatikan susunan kedudukan kalimat tersebut seperti subjek, predikat, objek, dan keterangan. Sebisa mungkin guna mengefektifkan kalimat, buatlah kalimat yang urutannya tidak memusingkan. Jika memang tidak ada penegasan, subjek dan predikat diharapkan selalu berada di awal.
-       Tidak Boros dan Bertele-tele
Kalimat yang kalian sampaikan jangan bertele-tele atau menghambur-hamburkan kata, karena itu akan membuat pendengar menjadi bingung. Seharusnya kalian dapat merumuskan kalimat tersebut menjadi ringkas agar memudahkan pendengar menangkap gagasan yang kalian sampaikan.
-       Tidak Ambigu
Kalimat efektif menjadi sangat penting untuk menghindari pembaca ataupun pendengar dari multitafsir. Gagasan kalimat yang ringkas, sistematis, dan sesuai kaidah kebahasaan mampu membuat pembaca ataupun pendengar dapat dengan mudah mengartikan ide dari gagasan kalian sehingga tidak ada kesan ambigu.

D.    Prinsip-Prinsip Kalimat Efektif
-       Kesepadanan Struktur
Prinsip pertama yang harus dikuasai oleh seseorang agar dapat mengonstruksi kalimat menjadi efektif adalah dengan mempertimbangkan kesepadanan bentuk atau strukturnya. Adapun yang dimaksud kesepadanan struktur adalah adanya keseimbangan antara ide atau pikiran yang dimiliki seseorang dengan bentuk kalimat atau struktur kalimat yang digunakan.
  Prinsip kesepadanan struktur diantaranya:
a.    Pastikan kalimat yang dibuat mengandung unsur klausa minimal yang lengkap, yakni subjek dan predikat.
b.   Jangan letakkan kata depan (preposisi) di depan subjek karena akan mengaburkan pelaku di dalam kalimat tersebut
Contoh kalimat efektif dan tidak efektif:
-    Bagi semua peserta diharapkan masuk ke dalam ruangan (tidak efektif)
-    Semua peserta diharapkan masuk ke dalam ruangan (efektif)
c.    Hati-hati pada penggunaan konjungsi yang di depan predikat karena membuatnya menjadi perluasan dari subjek.
Contoh:
-       Dia yang pergi meninggalkan saya. (tidak efektif)
-       Dia pergi meninggalkan saya. (efektif)
d.   Tidak adanya subjek ganda
Subjek ganda lazimnya terjadi karena orang tidak benar-benar paham akan esensi dan fungsi subjek dalam kalimat. Beberapa contoh kalimat yang harus dipertimbangkan:
‘Kepada para mahasiswa dimohon untuk menyelesaikan semua kewajiban keuangan pada akhir bulan ini’
Kata “kepada” pada kalimat tersebut menjadikan subjek kalimat itu menjadi tidak jelas alias kabur. Subjek “para mahasiswa” tidak mungkin didahului oleh preposisi atau kata depan. Jadi, hal mendasar inilah yang harus dipahami oleh seseorang mengenai kejelasan subjek kalimat efektif.
-    Kehematan Kata
Ada dua hal yang memungkinkan membuat kalimat yang boros sehingga tidak efektif.Yang pertama menyangkut kata jamak dan yang kedua mengenai kata-kata yang bersinonim.
Contoh Kata Jamak:
Para siswa-siswi sedang mengerjakan soal ujian masuk perguruan tinggi. (tidak efektif)
Siswa-siswi sedang mengerjakan soal ujian masuk perguruan tinggi. (efektif)

Contoh Kata Sinonim:
Ia masuk ke dalam ruang kelas. (tidak efektif)
Ia masuk ke ruang kelas. (efektif)
-    Kesejajaran Bentuk
Pada intinya, kalimat efektif haruslah berimbuhan paralel dan konsisten. Jika pada sebuah fungsi digunakan imbuhan me-, selanjutnya imbuhan yang sama digunakan pada imbuhan yang sama.
Contoh :
Hal yang mesti diperhatikan soal sampah adalah cara membuang, memilah, dan pengolahannya. (tidak efektif)
Hal yang mesti diperhatikan soal sampah adalah cara membuang, memilah, dan mengolahnya. (efektif)
-    Ketegasan Makna
Tidak selamanya subjek diletakkan di awal kalimat, namun seharusnya memang peletakan subjek selalu mendahului predikat. Akan tetapi dalam kasus tertentu , kalian bisa saja meletakkan keterangan di awal kalimat untuk memberi efek penegasan. Ini agar para pembaca dapat langsung mengerti gagasan utama dari kalimat tersebut. Penegasan kalimat seperti ini biasanya dapat kita jumpai pada jenis kalimat perintah, larangan, ataupun anjuran yang umumnya diikuti oleh partikel lah atau pun. Contoh:
Kamu sapulah lantai rumah agar bersih! (tidak efektif)
Sapulah lantaimu agar bersih! (efektif)
-       Kelogisan Kalimat
Kelogisan berperan penting untuk menghindari kesan ambigu pada kalimat, karena itu buatlah kalimat dengan ide yang mudah dimengerti dan masuk akal agar para pembaca dapat dengan mudah pula mengerti maksud dari kalimat tersebut. Contoh :
Kepada Bapak Kepala Sekolah, waktu dan tempat kami persilahkan. (tidak efektif)
Bapak Kepala Sekolah dipersilahkan menyampaikan pidatonya sekarang. (efektif).

PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan yang kami dapat dari makalah ini adalah paragraf dan kalimat efektif merupakan hal yang harus diperhatikan dalam proses pembuatan karya tulis, karena paragraf mempunyai syarat-syarat tertentu untuk menjadi sebuah paragraf yang baik. Begitu pula dengan kalimat efektif, kita harus selektif dalam memilih kata dan meletakkannya dalam posisi dan tanda baca yang tepat agar pesan dari penulis dapat tersampaikan dengan baik kepada pembaca.



DAFTAR PUSTAKA

• Media Cetak
Alek dan Achmad H.P.. 2016. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi Substansi Kajian dan Penerapannya. Penerbit Erlangga: Jakarta.
Rahardi, Kunjana. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Penerbit Erlangga: Jakarta.
• Media Internet
Fau, Teodora Nirmala. Kalimat Efektif. Diambil dari: www.studiobelajar.com/kalimat-efektif/. (15 September 2017).

Comments

Popular posts from this blog

Unsur Intrinsik Cerpen Dokter

Distribusi Ukuran dan SIfat Alir Partikel

membuat indikator asam basa dari bahan alami