Distribusi Ukuran dan SIfat Alir Partikel
DISTRIBUSI UKURAN DAN SIFAT ALIR
PARTIKEL
I.
DASAR TEORI
A.
DISTRIBUSI
UKURAN
Dalam
suatu kumpulan partikel lebih dari satu ukuran (yakni dalam suatu sampel
polidispersi), terdapat dua sifat penting, yaitu (a) bentuk dan luas permukaan
partikel tunggal, dan (b) kisaran ukuran dan jumlah berat partikel-partikel
yang ada serta luas total.
Ukuran
suatu sfer (partikel berbentuk bulat atau sfer) dinyatakan dengan mudah dalam
diameternya. Jika derajat ketaksimtrisan partikel meningkat, kesulitan untuk
menyatakan ukuran dalam diameter yang berarti juga akan meningkat. Kesulitan
untuk menyatakan ukuran dalam diameter yang berarti juga akan meningkat. Jenis
diameter yang digunakan akan selalu mencerminkan metode yang akan digunakan
untuk memperoleh diameter tersebut. Setiap kumpulan partikel biasanya berupa
polidispersi, oleh sebab perlu mengetahui tidak hanya ukuran suatu partikel
tertentu tetapi juga jumlah partikel berukuran sama yang terdapat pada sampel.
Jadi membutuhkan suatu perkisaran ukuran yang ada dan banyaknya atau berat
fraksi setiap ukuran partikel atau disebut dengan distribusi ukuran partikel.
Berdasarkan distribusi partikel dapat menghitung ukuran partikel rerata untuk
sampel tersebut.
Dsitribusi
ukuran partikel dinyatakan bila jumlah atau berat partikel yang terdapat dalam
suatu kisaran ukuran tertentu diplot terhadap kisaran ukuran atau ukuran rerata
sehingga akan diperoleh kurva distribusi frekuensi. Dari kurva distribusi
frekuensi tersebut akan terlihat ukuran partikel yang sering terjadi dalam
sampel atau disebut modus.
Bentuk partikel dan luas permukaan
suatu partikel sangat diperlukan karena mempengaruhi sifat alir dan sifat
penyusunan suatu serbuk, dan mempunyai pengaruh terhadap luas permukaan.
Metode untuk menentukan ukuran
partikel, salah satu contohnya adalah mikroskopik, pengayakan, sedimentasi, dan
penentuan volume partikel. Dalam praktikum ini menggunakan meted pengayakan.
Metode ini menggunakan suatu rangkaian ayakan standart yang dikalibrasi oleh
The Nationa Bureau of Standards. Ayakan ini digunakan untuk memilih partikel –
partikel yang lebih kasar, namun jika digunakan dengan sangat hati-hati
digunakan untuuk menapis bahan-bahan sampai sehalus 44 µm. Ayakan ini dibuat
dengan teknik pengetsaan gambar dan pembentukan listrik tersedia dengan lubang
mulai dari 90 µm sampai terkecil 5 µm.
Menurut metode U.S. Pharmacopeia
untuk menguji tingkat kehalusan serbuk, suatu massa sampel tertentu diletakkan
pada suatu ayakan yang sesuai dalam suatu penggoyang mekanis. Serbuk tersebut
digoyang-goyangkan selama waktu tertentu, dan serbuk yang melewati satu ayakan
dan tertahan pada ayakan berikutnya yang lebih halus dikumpulkan dan kemudian
ditimbang. Ayakan-ayakan tersebut dapat disusun lima berturut-turut, dan yang
paling kasar berada di urutan paling atas. Suatu sampel serbuk yang ditimbang
secara seksamaditempatkan pada ayakan paling atas, dan setelah ayakan tersebut
digoyangkan untuk suatu periode waktu tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya,
serbuk yang tertinggal pada setiap ayakan ditimbang.
B.
SIFAT
ALIR ZAT PADAT
Serbuk
ruahan agak analog dengan cairan non-Newton, yang memperlihatkan aliran plastis
dan kadang-kadang dilatansi, partikel-partikelnya dipengaruhi oleh gaya
tarik-menarik sampai derajat yang bervariasi. Oleh sebab itu, serbuk mungkin
mengalir bebas atau mungkin menyatu (“lengket”).
Dengan
partikel-partikel yang relative kecil (kurang dari 10µm), aliran partikel
melalui lubang terbatas karena gaya kohesi antara partikel memiliki besar yang
sama dengan gaya gravitasi. Karena gaya gravitasi tersebut merupakan fungsi
diameter dipangkatkan dengan tiga, gaya tersebut menjadi lebih bermakna apabila
ukuran partikel meningkat dan aliran dipermudah.
Laju
aliran maksimum tercapai setelah aliran berkurang karena ukuran partikel
mendekati besarnya lubang tersebut. Jika suatu serbuk mengandung sejumlah besar
partikel-partikel kecil, sifat-sifat aliran serbuk dapat diperbaiki dengan
menghilangkan “fine” atau mengadsorpsikannya pada partikel-partikel yang lebih
besar.
Serbuk
yang mengalir bebas dicirikan dengan “dastibilitas” yaitu suatu istilah yang
dimaksudkan untuk menunjukkan lawan kata kelekatan. Partikel-partikel serbuk
yang dipadatkan, menjadi unsur penting dalam aliran serbuk melalui mesin
pengisian dan dalam perasional mesin kapsul otomatis.
Kemampuan
serbuk untuk mengalir merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam
pencampuran bahan-bahan yang berbeda untuk membentuk suatu campuran serbuk.
Pencampuran dan pencegahan ketakbercampuran merupakan pekerjaan farmasetik yang
penting di dalampembuatan berbagai serbuk sediaan, termasuk tablet dan kapsul.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi proses pencampuran adalah agregasi,
ukuran, bentuk, dan perbedaan densitas partikel serta adanya muatan listrik
statis.
II. ALAT DAN
BAHAN
A. Alat
1.
Seperangkat
pengayak standar
2.
Timbangan
3.
Mesin
pennggetar pengayak
4.
Corong standar
5.
Stopwatch
6.
Penggaris
B. Bahan
1.
SDL/ Spray Dry
Lactose ( granul)
2.
Amylum
III. CARA KERJA
A. DISTRIBUSI UKURAN PARTIKEL
1.
Timbang SDL (
granul ) 25 gram
2.
Timbang bobot
masing-masing pengayak serta pan penampung yang akan di gunakan
3.
Susun
pengayak-pengayak tersebut dengan diameter lubang terbesar diletakkan di atas
dan pan penampung di bawah
4.
Letakkan
susunan pengayak tersebut di atas mesing penggetar
5.
Letakkan granul
yang sudah ditimbang pada pengayak paling atas, tutup dan kencangkan
6.
Getarkan
pengayak dengan kecepatan getaran 5 rpm selama 10 menit
7.
Timbang bobot
masing-masing pengayak beserta granul
8.
Hitung bobot
granul yang terdapat pada masing-masing pengayak serta pan penampung
9.
Buat tabel
serta hitung diameter rata-rata sampel tanpa sampel pada pengayak paling atas
10.
Buat kurva
distribusi ukuran granul serta kurva frekuensi ukuran kumulatif.
B. KECEPATAN ALIR DAN SUDUT ISTIRAHAT
1.
Pasang corong
pada statif dengan jarak ujung pipa bagian bawah ke bidang datar = 10,0 ±0.2 cm
2.
Timbang teliti
SDL (granul) 25 gram. (W)
3.
Tuanglah bahan
tersebut ke dalam corong dengan dasar lubang corong ditutup
4.
Buka tutup
dasar lubang corong sambil jalankan stopwatch
5.
Catat waktu
yang diperlukan mulai bahan mengalir sampai bahan mengalir sampai bahan dalam corong
habis ( t detik)
6.
Hitung
kecepatan dengan rumus:
Kecepatan alir = gram/detik
7.
Ukur tinggi
timbunan bahan di bawah corong hasil penentuan kecepatan alir ( h cm) .
8.
Ukur jari-jari
alas kerucut timbunan bahan tersebut ( r cm)
9.
Hitung sudut
istirahat dengan rumus:
α
= tan-1
IV. Data Hasil Percobaan dan Pengolahan Data
"SDL"
|
|||||
Pengayakan
|
bobot pengayak + granul
|
bobot granul (g)
|
|||
no.mesh
|
diameter lubang (µm)
|
bobot(g)
|
|||
20
|
1000
|
347,55
|
347,78
|
0,23
|
|
30
|
600
|
341,68
|
343,55
|
1,87
|
|
40
|
425
|
305,62
|
310,66
|
5,04
|
|
60
|
250
|
289,38
|
296,41
|
7,03
|
|
80
|
180
|
284,35
|
386,87
|
2,52
|
|
100
|
150
|
277,33
|
278,33
|
1
|
|
140
|
106
|
274,75
|
276,88
|
2,13
|
|
PAN
|
257,48
|
261,46
|
3,98
|
||
Jumlah
|
23,8
|
A. Tabel Distribusi Ukuran
|
B. Tabel Diameter Rata-rata Sampel
|
|||||||
Uk. Lubang ayakan
|
rata-rata uk lubang ayakan
|
bobot sampel(g)
|
% bobot sampel
|
B x D
|
|||
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
|||
>1000
|
500
|
0,23
|
0.97%
|
485
|
|||
1000-600
|
800
|
1,87
|
8,83%
|
6288
|
|||
600-425
|
512,5
|
5,04
|
30,01%
|
10854,75
|
|||
425-250
|
337,5
|
7,03
|
59,55%
|
9969,75
|
|||
250-180
|
215
|
2,52
|
70,14%
|
2276,85
|
|||
180-150
|
165
|
1
|
74,34%
|
693
|
|||
150-106
|
128
|
2,13
|
83,29%
|
1145,6
|
|||
Pan
|
16,72%
|
30578,8
|
|||||
Diameter Rata-rata (dav) = ∑(%bobot
sampel rata-rata
ukuran lubang ayakan)
100
=30578,8 / 100 = 305,79 µm
C. Kurva Histogram Frekuensi vs rekuensi Ukuran
|
|||||
Hasil Penentuan
Kecepatan Alir “ SDL “
|
|||||
no
|
w (gram) |
kecepatan Alir ( gram /
detik)
|
|||
1
|
SDL 25 gram
|
00,64 detik
|
39,06
|
||
2
|
SDL 25 gram
|
00,79 detik
|
31,65
|
||
3
|
Amylum 25 gram
|
-
|
-
|
||
4
|
Amylum 25 gram
|
-
|
-
|
||
Rata-rata alir = 39,06 + 31,65 / 2 = 35,355 sekon
Hasil Penentuan Sudut
Istirahat “ SDL “
|
|||
No
|
h (cm)
|
r (cm)
|
α ( o )
|
1
|
1,1
|
4
|
15,73
|
2
|
1,1
|
4
|
15,73
|
3
|
-
|
-
|
-
|
4
|
-
|
-
|
-
|
BJ Mampat x BJ Nyata
1.
Penimbangan SDL
Gelas ukur + isi = 211,83 gram
Gelas
ukur kosong = 128,45 gram -
Bobot isi = 83,38 gram
a)
Ketukan 500
kali 100 ml menjadi 97 ml (vt)
b)
Ketukan 1250
kali 97 ml menjadi 96 ml (vt1)
BJ
mampat = wd / vt = 83,38 gram / 97 ml =0,86 gram/ml
· Jika selisih antara vt dan vt1 tidak lebih dari 2 ml maka dipakai
vt (Bagus)
(Lacman dkk, 1994, voigh, 1995)
2.
1) Granul = 100
gram
95% x 50 gram = 47,5 gram
5 % x 50 gram = 2,5 gram
65 ml diketuk 500 kali menjadi 62 ml
62 ml diketuk 1250 kali menjadi 61 ml
2) Granul = 100 gram
90% x 50 gram = 45 gram
5 % x 50 gram = 5 gram
65 ml diketuk 500 kali menjadi 63 ml
63 ml diketuk 1250 kali menjadi 62 ml
BJ Nyata = wo/vo = 50/65 = 0,77 gram/ml
BJ Mampat 500 kali = wo/vt = 50/61 = 0,82 gram/ml
BJ Mampat 1250 kali = wo/vt = 50/62 = 0,81 gram/ml
· Jika selisih antara vt dan vt1 tidak lebih dari 2 ml maka dipakai
vt (Bagus)
(Lacman dkk, 1994, voigh, 1995)
V. Pembahasan
A.
Distribusi Partikel
Pada percobaan penentuan ukuran partikel
ini bertujuan untuk mengukur partikel zat dengan metode pengayakan (shieving).
Bahan yang digunakan untuk metode pengayakan adalah granul, sedangkan bahan
yang digunakan untuk metode alir adalah SDL dan amylum.
Metode pangayakan
adalah alat yang digunakan untuk mengukur partikel secara kasar. Sehingga dalam percobaan ini digunakan bahan yang partikelnya kasar
dibandingkan dengan bahan yang lain. Pada metode pengayakan ini, digunakan 7 nomor ayakan yang
berbeda-beda. Dimulai dari nomor ayakan yang rendah sampai yang tinggi.
Diantaranya nomor ayakan 20,30,40,60,80,100, dan 140.
Metode ayakan dilakukan dengan menyusun ayakan dari nomor
mesh yang terkecil (yang paling atas) sampai pada nomor mesh yang paling besar
(yang paling bawah) hal ini ditujukan agar partikel-partikel yang tidak terayak
(residu) yang ukurannya sesuai dengan nomor ayakan. Jika nomor ayakan besar
maka residu yang diperoleh memiliki ukuran partikel kecil.
Dalam pengayakan dibantu dengan alat vibrator (mesin
penggerak), mesin ini digerakkan secara elektrik dan dapat diatur kecepatannya
dan waktunya. Dalam percobaan ini kecepatan mesin penggerak diatur 5
rpm, ditujukan untuk menghindari
pemaksaan partikel besar melewati ayakan akibat tingginya intensitas
penggoyangan atau tertahannya partikel kecil akibat lambatnya intensitas
penggoyangan sehingga dipilih intesitas penggoyangan setengah dari kecepatan
maksimum.
Pada bagian paling atas dari susunan ayakan dipasang
penutup dari mesin penggerak bertujuan agar tidak ada pengaruh luar yang
mempengaruhi gerakan mesin, misalnya tekanan udara di atasnya atau yang faktor
yang lainnya, sehingga tidak ada gaya lagi yang bekerja kecuali gaya gravitasi
yang mengarah jatuhnya partikel ke arah bawah.
Metode yang digunakan ini merupakan metode yang sangat
sederhana karena cukup singkat. Namun alat atau metode ini tingkat
keakuratan yang diperoleh tidaklah seakurat dengan metode secara mikroskopik.
Dari data yang diperoleh umumnya diperoleh zat sisa
yang tertahan dengan semakin tinggi nomor mesh semakin banyak zat yang tersisa.
Hal ini karena ukuran dalam tiap inci semakin kecil lubangnya.
Metode
ini merupakan metode untuk mengetahui tingkat kehalusan dari suatu zat. Dengan
melihat semakin banyak zat yang tertinggal dalam ayakan maka semakin kasar zat
tersebut.
Dari percobaan
yang telah dilakukan dengan metode pengayak dengan menimbang bobot akhir granul
SDL, didapat persen (%) bobot granul serta persen (%) kumulatif. Dari dua data
tersebut dapat diperoleh diameter rata-rata sampel dengan keterangan sampel SDL
diameter rata-rata nya adalah 305,79 µm.
B.
Sifat Alir Zat Padat
1.
Sifat
alir
Sifat
aliran serbuk dapat diperbandingkan dengan cairan bukan Newton, yang
dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran partikel, memalui gaya kohesi antara
pertikel dan oleh pembentukan lapisan tipis permukaan ( misalnya air ) dan
faktor-faktor lainnya. Daya lekat atau daya ikat serbuk didasari atas gaya Van
der walls antar permukaan padat, perbandingan muatan elektrostatik atau gaya
diantara lapisan teradsorbsi. Sifat alir bubuk dan granulat dapat diperbaiki melalui penambahan bahan pelicin yang
mampu menurunkan gesekan antar partikel.
Granulasi,
artinya pembesaran partikel secara sintetis, yang umumnya menyebabkan
peningkatan daya mengalir atau daya luncur serbuk ( Voight, 1984).
2.
Sudut
Istirahat
Sudut
Istirahat adalah sudut yang dibentuk oleh tumpukan serbuk terhadap bidang datar
setelah serbuk tersebut mengalir secara bebas melalui suatu celah sempit. Alat
yang digunakan adalah corong. Semakin kecil sudut diam maka semakinmudah serbuk
mengalir. Sudut istirahat dapat diukur dengan mengamati tinggi kerucul yang
terbentuk (h cm) diatas dengan diameter tertentu (d cm). Besar sudut diam dapat
dihitung sebagai berikut:
Tan
α= h/D (jari-jari kerucut)
Keterangan:
α
= sudut diam
h
= tinggi kerucut tumpukan serbuk
D
= diameter tumpukan serbuk
a. Partikel dengan bentuk yang lebih
beraturan (hampir bulat) memberikan sudut istirahat yang lebih rendah dan
kerapatan curah yang lebih tinggi. Secara umum efek ini akan memberikan sifat
aliran granul yang lebih bain dan variasi berat tablet yang lebih kecil dan
kompresi atau konsolidasi tablet yang lebih efisien.
b. Partikel yang relative kecil (kurang
dari 10µm) aliran partikel melalui lubang dibatasi karena gaya lekat antar
partikel besarnya sama dengan gaya gravitasi. Jika ukuran partikel besarnya
sama dengan gaya gravitasi. Jika ukuran partikel meningkat, aliranpartikelnya akan lebih mudah (Martin et
al.1989).
c. Partikel-partikel dengan kecepatan
tinggi dan potensitas dalam rendah cenderung untuk mempunyai sifat bebas
mengalir dengan menambah kekerasan permukaan karakteristik alirannya akan
semakin buruk yang disebabkan gesekan dan kelekatannya (Martin et al.1989).
d. Partikel panjang atau flat cenderung
mengepak walaupun dengan sangat longgar sehingga memberikan serbuk yang
mempunyai porositas tinggi (Martin et al.1989).
Pada
praktikum kali ini bahan yang digunakan
pada uji sifal alir yaitu SDL dan Amylum. Dimana SDL memiliki sifat alir
yang lebih baik daripada Laktosa. Hal
ini dikarenakan ukuran partikel dari kedua bahan tersebut berbeda. Selain itu
gaya tarik menarik antar partikel amylum lebih erat dibandingkan dengan
partiket SDL. Hal itulah yang menyebabkan, SDL lebih mudah mengalir daripada
amylum.
Pada
praktikum ini kami dapatkan data rata-rata kecepatan alir dari SDL adalah
sebesar 35,355 g/detik. Sedangkan memiliki sifat alir sebesar 0 g/detik (tidak mengalir). Hal ini
sesuai dengan teori.
VII. Kesimpulan
·
Pada percobaan
kali ini diketahui bahwa distribusi ukuran partikel menggunakan metode
pengayakan. Alat ini memiliki susunan pengayak dari ayakan paling atas memiliki
nomor ayakan paling kecil (1000 µm) dan semakin bawah nomor ayakan akan semakin
ayakan (106 µm). Bahan yang akan diayak pada ayakan teratas dengan lebar jala
paling besar. Partikel yang ukurannya lebih kecil dari pada lebar jala maka
akan berjatuahan melewatinya. Bahan tersebut akan membentuk bahan halus ( lolos
). Partikel yang tertinggal pada ayakan akan membentuk bahan kasar. Setelah
dilakukakannya penimbangan 25 dan dilakukan getaran selama 10 menit,
ditentukan kembali melalui penimbangan dan persentase bobot serta persentase
kumulatif maka dapat dihitung jumlah ukuran rata-rata pada bahan atau sampel.
·
Pada percobaan
kali ini sifat alir ditentukan dengan metode corong. Bahan ditimbang 25 dan dimasukkan kedalam corong dengan bagian
bawah ditutup. Buka penutup corong secara pelahan-lahan. Dilakukan pengamatan
waktu hingga bahan tidak tersisa dicorong. Hitung tinggi dan diameter bahan
setelah melewati corong. Dari percobaan ini bias didapat kecepatan alirnya
bahan tersebut.
·
Pada percobaan
ini dilakukan distribusi dua bahan yaitu SDL. Dari percobaaan yang dilakukan
ditemukan distribusi ukuran untuk sampel SDL diperoleh persen kumulatif 100% dan diameter rata-rata partikel sebesar 305,79
µm.
Pada percobaan kali ini dilakukan dua pengujian
sifat alir yaitu pada SDL dan amylum. Dari data yang diperoleh dapat ditentukan
kecepatan alir untuk sampel SDL adalah sebesar 35,355 g/sekon dan sudut istirahat
sebesar 15,73o. Sedangkan untuk Amylum tidak dapat diketahui kecepatan alir serta sudut istimewannya. Ini
dikarenakan amylum merupakan serbuk halus yang memiliki ikatan yang sangat kuat
antar partikel atau gaya kohesi yang kuat sehingga tidak dapat melewati corong.
DAFTAR PUSTAKA
Martin, A.,1993, physical pharmacy, 4th ed.,
Lea & Febiger, Philadelphia, London,p.324-361.
Carstensensen, J.T., 1998, physicochemical
principles of solid dosage form, Tecnomic Publishing Company,inc.,Lancaster,
Pennsylvania.
Florence A.T., and Attwood D., 1998, Physicochemical
principles of pharmacy, 3rd ed. The Macmillian press Ltd.
Comments
Post a Comment