Cara Agar Terampil Berbicara Dalam Berbagai Situasi
KETERAMPILAN BERBICARA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Keterampilan adalah suatu keahlian yang dimiliki seseorang dalam berbagai bidang yang mempunyai sifat kreativitas, unik, dan cepat. Setiap manusia yang mempunyai keterampilan akan cenderung melakukan pekerjaan dengan cepat dan tepat. Berbicara adalah kegiatan yang tidak terlepas dari kegiatan manusia sehari-hari, salah satunya dalam aktivitas berkomunikasi baik secara formal maupun non-formal. Berbicara adalah salah satu alat komunikasi secara langsung. Dalam berbicara kita dapat menyampaikan maksud dan tujuan kepada lawan bicara secara lugas. Keterampilan berbicara adalah suatu keahlian dalam berkomunikasi kepada lawan bicara kita dengan menggunakan kaidah-kaidah secara baik dan benar dalam kondisi formal maupun non-formal.Berdasarkan kenyataan berbicara dalam masyarakat, seringkali tidak menggunakan kaidah berbahasa Indonesia secara baik dan benar.
1.2 Topik Bahasan
Dalam makalah kami akan membahas beberapa hal terkait keterampilan berbicara, yaitu berbicara yang baik dan benar sesuai bahasa Indonesia dalam sebuah kegiatan ilmiah, persiapan berbicara di depan umum, bagaimana menentukan topik, judul yang menarik dan tujuan dari pemateri, menganalisis situasi dan pendengar, teknik penyusunan bahan serta menyiapkan catatan.
1.3 Tujuan
Sebagai referensi bagi masyarakat umum agar dapat mengetahui dan memahami bagaimana cara berbicara di depan umum atau dalam sebuah forum formal, sesuai dengan tata berbicara yang baik dan benar.
BAB II
ISI
2.1 Konsep Berbicara
Keterampilan berbicara adalah sebuah keterampilan yang bersifat produktif yang dimiliki oleh setiap manusia. Berbicara juga didasarkan oleh adanya rasa saling membutuhkan antara satu manusia dengan yang lainnya. Berbicara merupakan kemampuan yang kompleks yang sekaligus melibatkan beberapa aspek. Aspek-aspek itu beragam dan perkembangannya pun seiring perubahan dan pergantian masa sehingga mengakibatkan perbedaan, dengan kecepatan perkembangan yang berbeda pula.
Berbicara dapat dibagi menjadi dua pilihan, pertama, berbicara di muka umum pada masyarakat (public speaking) atau berbicara individual. Kedua, berbicara pada konferensi (conference speaking) atau berbicara dalam kelompok. (Tarigan, 1986)
Berdasarkan kenyataan berbahasa dalam masyarakat seringkali tidak menggunakan keterampilan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal ini tentunya perlu persiapan atau suatu latihan dan bimbingan yang intensif. Di samping itu, berbicara dalam kegiatan ilmiah harus bersifat jelas dan tepat yang memungkinkan proses penyampaian pesan si penerima pesan harus benar-benar sama apa yang dimaksud oleh pembicara dan menggunakan bentuk pasif.
Berbicara dalam forum ilmiah hendaknya memakai bahasa baku, baik secara struktur kalimat, pelafalan bahasa, maupun kosa kata yang sesuai dengan aturan bahasa indonesia, karena berbicara dalam kegiatan ilmiah ialah berbicara dalam situasi resmi, terkadang tidak hanya dalam kegiatan ilmiah saja kita harus menggunakan bahasa yang resmi penggunaan bahasa resmi bisa digunakan misalkan saat kegiatan belajar mengajar serta forum formal. Kesimpulan dari paparan di atas adalah berbicara merupakan suatu kebutuhan yang digunakan untuk forum formal serta keperluan akademik atau ilmiah ialah berbicara dalam lingkungan akademik dan lembaga pendidikan.pembicaraan dilandaskan pada ilmu pengetahuan atau hal hal yang bersifat ilmiah seperti mempresentasikan makalah, seminar, simposium, dan panel.
2.2 Persiapan Berbicara
Sebelum berbicara di muka umum atau dalam sebuah forum formal, seorang pembicara hendaknya mempersiapkan materi yang akan disampaikan agar para pendengar dapat memahami dengan mudah dan baik materi yang dibawakan oleh pembicara.
Persiapan-persiapan penyajian dapat dilihat melalui tiga langkah berikut,
a. Meneliti masalah,yang meliputi:
· Menentukan maksud.
· Menganalisis pendengar dan situasi.
· Memilih dan menyempitkan topik.
b. Menyusun uraian, meliputi:
· Mengumpulkan bahan.
· Membuat kerangka uraian.
· Menguraikan secara detail.
c. Mengadakan latihan dengan cara:
· Berlatih dengan suara nyaring.
Langkah-langkah di atas tidak mutlak dilakukan namun untuk melancarkan penyampaian materi kepada pendengar alangkah baiknya pemberi materi mempersiapkan materi dengan baik.
2.3 Menentukan Topik
Penentuan topik yang tepat berguna untuk mendapatkan reaksi yang diharapkan oleh pendengar sangat diperlukan,agar pendengar lebih tertarik dan fokus dalam berpartisipasi dalam kegiatan ilmiah. Oleh sebab itu, dalam menentukan maksud sebuah uraian lisan, pembicara harus selalu memikirkan tanggapan apa yang ia inginkan dari para pendengar. Suatu urutan yang dikaitkan secara lisan juga perlu diperhatikan beserta tujuan yang jelas yang akan dicapai melalui topik tersebut. Topik pembicaraan dan tujuan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena keduanya dapat saling memengaruhi.
2.4 Topik dan Judul
Untuk memilih sebuah topik yang baik, maka pembicara harus memerhatikan beberapa aspek berikut,
1. Topik yang dipilih hendaknya telah diketahui sebelumnya untuk memperoleh banayak atau sedikit informasi.
2. Permasalahan yang dibahas hendaknya menarik perhatian pembaca sendiri. Apabila permasalahan tidak menarik perhatian pembicara,maka persiapan merupakan hal yang sangat menjengkelkan sehingga timbul bahaya ketika pembicara meninggalkan topik tersebut begitu saja atau tidak menyiapkannya secara mendalam.
3. Persoalan yang dibicarakan hendaknya menarik pula perhatian pendengar. Suatu topik dapat menarik perhatian pendengar jika memenuhi unsur berikut,
a) Topik itu mengenai persoalan para pendengar sendiri,
b) Merupakan suatu jalan keluar dari suatu persoalan yang sedang dihadapi,
c) Merupakan persoalan yang ramai dibicarakan dalam masyarakat atau persoalan yang jarang terjadi,
d) Persoalan yang dibawakan mengandung konflik pendapat,
e) Persoalan yang dibahas tidak boleh melampaui daya tangkap pendengar atau sebaliknya terlalu mudah untuk daya intelektual pendengar,
f) Persoalan yang dibawakan dalam penyajian itu harus dapat diselesaikan dalam waktu yang disediakan.Bila penyajian itu melampaui waktu yang ditetapkan,maka perhatian pendengar akan merosot,atau bahkan akan lenyap sama sekali.
Hal kedua yang harus diperhatikan di samping topik ialah judul komposisi lisan. Judul ialah semacam selogan yang menampilkan topik dalam bentuk yang menarik. Oleh karen itu,judul yang baik harus bersifat relevan, provokativ, dan singkat.
2.5 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan sebuah komposisi lisan tergantung dari keadaan dan hal yang di kehendaki dalam pembicara. maksud dan tujuan tersebut dapat dibedakan atas maksud umum dan khusus.
a) Maksud umum
Maksud umum beserta reaksi reaksi yang terdapat dalam urain-uraian tertulis atau lisan dapat dibedakan atas:
1. Mendorong
Dapat dikatakan mendorong bila pembicara berusaha memberi semangat,membangkitkan kegairahan serta menunjukan rasa hormat dan pengabdian.
2. Meyakinkan
Meyakinkan bertujuan untuk memengaruhi keyakinan atau sikap mental, atau intelektual para pendengar.
3. Berbuat atau Bertindak
Berbuat atau bertindak bila pembicara menghendaki beberapa macam tindakan atau reaksi fisik dari para pendengar, seperti seruan ”ia” atau “tidak”.
4. Memberitahu
Bila pembicara ingin memberitahukan atau menyampaikan sesuatu kepada pendengar agar mereka mengerti sesuatu hal.
5. Menyenangkan
Menggembirankan orang yang mendengar pembicaraannya atau menimbulkan suasana gembira pada suatu pertemuan,maka tujuan umumnya ialah menyenangkan.
b) Maksud Khusus
Maksud khusus atau disebut pula tujuan khusus dapat diartikan suatu tanggapan atau respon khusus yang diharapkan oleh pemateri setelah ia menyelesaikan uraiannya.Tujuan khusus merupakan suatu hal yang diharapkan untuk dikerjakan atau dirasakan, diyakini, dimengerti, dan disenangi oleh pendengar.
Sebelum pemateri menyampaikan uraiannya, pemateri harus menetapkan apa tujuan dari urainya sehingga dalam menyiapkan bahan dan penggarapannya, pemateri dapat mengarahkan semua perhatianya untuk mencapai tujuan umum ataupun tujuan khusus.
2.6 Menganalisis Situasi dan Pendengar
Seringkali, seorang pembicara terlalu yakin bahwa hal yang dibicarakan itu penting sehingga ia lupa memperhatikan siapa pendengarnya? bagaimana latar belakang kehidupannya? serta bagaimana situasi pada waktu pembicara presentasi lisannya berlangsung? Dikarenakan kelalaiannya memperhatikan hal-hal tersebut, maka maksud dan tujuannya tidak mengenai sasaran. Oleh karena itu, sebaiknya seorang pembicara melakukan analisis terhadap situasi dan kondisi pendengar sebelum memulai merancang persentasi.
a) Menganalisis situasi
Sebelum memulai berbicara, seorang pembicara sudah harus menganalisis situasi yang mungkin ada pada waktu presentasi lisannya berlangsung, keadaan tempatnya dan keadaan di sekitar pendengar. dalam menganalisis situasi akan muncul persoal-persoalan berikut.
· Tujuan pendengar berkumpul. Apakah maksut berkumpulnya hadirin untuk mendengarkan uraian yang akan disampaikan? apakah pembicara menghadapi massa yang berkumpul dengan maksud tertentu? atau apakah mereka berkumpul secara tidak sengaja?
· Sifat pendengar. Apakah mereka senang dan berani mengajukan pertanyaan? Apakah mereka senang pembicaraan yang formal atau informal?
· Situasi berlangsungnya presentasi. Apakah ada acara-acara yang mendahului atau mengikuti pembicaraan itu? Bilamana berlangsungnya pembicaraan: pagi, siang, malam, sesudah atau sebelum presentasi? Jika ada acara lain yang mendahului pembicaraan itu, maka acara mana yang lebih menarik perhatian? Semua unsur situasi dapat digunakan dalam pembicaraan dan pasti memiliki daya tarik tersendiri untuk memikat para pendengar.
· Tempat berlangsungnya presentasi. Di mana pembicaraan itu berlangsung? Di alam terbuka atau di dalam gedung? Apakah pada saat itu hujan, mendung, atau panas terik? Pendengar duduk atau berdiri? Apakah suara pembicara dapat didengar dengan baik atau tidak di dalam gedung tersebut?
Bila pembicara berusaha untuk menjawab semua pertanyaan di atas secara bersungguh-sungguh, maka ia telah berusaha untuk menganalisis situasi yang ada pada waktu pembicaraan berlangsung. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tadi akan memberi jalan keluar untuk menyiapkan cara-cara seorang pembicara harus menyesuaikan dirinya dalam membawakan uraian dan memberi jalan untuk menentukan sikap mana yang harus diambil dalam menghadapi para pendengar.
b) Menganalisis Pendengar
Ada beberapa topik yang dapat dipakai untuk menganalisis pendengar yang akan dihadapi, yaitu:
1. Data-data umum
Data-data umum yang dapat dipakai untuk menganalisis para hadirin, yaitu jumlah, jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan, dan keanggotaan politik atau sosial.
2. Data-data khusus
Data-data khusus diperlukan untuk lebih mendekatkan dirinya dengan situasi pendengar yang sebenarnya. Data-data khusus tersebut meliputi:
· Pengetahuan pendengar mengenai topik yang dibawakan.
· Minat dan keinginan pendengar.
· Sikap pendengar.
2.7 Penyusunan Bahan Berbicara
a) Teknik penyusunan bahan
Penyusunan bahan dilakukan melalui tiga tahap, yaitu mengumpulkan bahan, membuat kerangka karangan, dan menguraikan secara rinci. Pembicara yang telah berpengalaman bisa memanfaatkan aspek psikologi manusia agar hal yang diutarakan akan lebih berkesan. Untuk memanfaatkan aspek psikologi tersebut, pembaca dapat menggunakan teknik berikut,
1. Menyampaikan suatu orientasi mengenai hal yang akan diuraikannya agar pendengar mendapatkan gambaran dan kesan yang baik.
2. Setiap kali membicarakan materi, pembicara harus menonjolkan bagian-bagian yang penting pada awal orientasinya dengan diikuti penjelasan, ilustrasi, atau keterangan yang sifatnya penting.
3. Pada akhir uraian, pembicara mengutarakan ringakasan seluruh uraian tadi agar pendengar memperoleh gambaran yang jelas.
b) Menyiapkan catatan
Masalah pembuatan catatan sebagai suatu cara persiapan utuk penyajian. Catatan tidak sama dengan kerangka karangan. Kerangka karangan hanya berfungsi untuk menyusun informasi, namun sebuah catatan yang sangat terperinci selalu menggoda pembicara setiap kali melihat catatan tersebut. Catatan yang dibuat pembicara hanya berfungsi untuk mengingatkan urutan materi pembicaraannya, mengemukakan angka-angka atau data-data yang benar, sehingga uraiannya akan lebih meyakinkan pendengar.
Catatan dapat pula dibuat dalam beberapa tahap. Bila materi sudah dikuasai, ia dapat membuat catatan-catatan baru yang lebih singkat karena waktu pembicaraan dibatasi, maka dengan catatan-catatan itu pembicara akan lebih menyesuaikan dirinya.
c) Berbicara untuk presentasi
Presentasi merupakan satu kegiatan ketika seorang pembicara berbicara secara langsung kepada audiensi. Presentasi dapat dilakukan dengan bantuan visual atau alat bantu lainnya dalam menyampaikan pesan tertentu. Mempersiapkan presentasi dengan baik merupakan kunci keberhasilan presentasi. Waktu yang tersedia untuk berpresentasi upayakan jangan melebihi batas waktu tersebut. Jika waktu persiapan melebihi waktu yang tersedia tidak akan memungkinkan seluruh materi dapat dibahas.
Sebelum anda melakukan presentasi, Sebaiknya anda melakukan latihan terlebih dahulu. Latihan merupakan awal untuk melakukan sesuatu agar kita menjadi lebih terbiasa dalam melakukan hal apapun.Latihan dalam presentasi juga kegiatan sangat penting untuk memperbaiki penampilan dan penyesuaian waktu yang tersedia.
Permulaan presentasi yang sempurna ialah jika anda memperoleh perhatian audiensi dan dapat dilakukan dengan satu pernyataan yang dramatis, humor, atau cara lain. Dengan menjaga keterlibatan audiensi,maka anda akan mampu mempertahankan ketertarikan mereka terhadap presentasi yang diberikan, misalnya dengan mengajukan pertanyaan.
2.8 Struktur Presentasi
Jika kamu telah siap melakukan presentasi tentang topik dan telah menentukan pesan yang ingin di sampaikan, maka Anda dapat melakukan presentasi. Materi presentasi juga memiliki struktur yaitu:
1. Dalam selembar kertas catat ide – ide yang di miliki
2. Pastikan tidak ada ide yang tertinggal
3. Gunakan item khusus dalam slide untuk keperluan pengecekan
4. Pastikan seluruhnya lengkap dan dalam susunan yang benar karena hal ini merupakan langkah awal dalam menentukan konsekuensi logis.
Keempat item di atas jangan sampai teracak atau susunannya jangan sampai salah, sampaikan kepada audiensi, jati diri anda, apa yang akan anda bicarakan nanti, dan bagaimana anda menyampaikannya.
Selain hal itu, ada juga hal – hal yang harus anda ingat yaitu setiap melakukan prestasi selalu ada sesi tanya jawab. Pada saat sesi tanya jawab, yang harus anda lakukan memahami topik yang anda presentasikan jangan sampai pada saat sesi tanya jawab anda tidak bisa menjawab pertanyaan – pertanyaan yang akan muncul karena anda tidak memahami topik yang anda presentasikan.
2.9 Mengumpulkan atau Menyatukan Isi Materi
Hal yang dimaksud dengan mengumpulkan isi materi adalah ketika kegiatan mengumpulkan bahan atau materi yang relevan dan membuang informasi yang tidak perlu kemungkinan besar anda akan menyusun kembali informasi tersebut agar sesuai dengan struktur yang diperlukan. Materi prestasi harus di sampaikan secara:
1. Sederhana dan jelas,
2. Ringkas,
3. Hindari memberikan penjelasan yang berbelit-belit,dan
4. Hindari perincian yang rinci walaupun akurat tetapi tidak mendukung pesan yang disampaikan.
Memahami materi memungkinkan Anda dapat menyampaikan materi. Jika Anda sudah merasa yakin sebaiknya ulangi lagi latihan dengan keluarga atau teman.
2.10 Hindari Rasa Gugup Ketika Berpresentasi
Hal ini sering terjdi pada setiap orang yang ingin melakukan presentasi. Jika ada materi yang perlu diberikan kepada audiensi, sebaiknya diberikan di akhir presentasi karena jika diberikan pada saat presentasi berlangsung, pada saat Anda berbicara, mereka akan sibuk membaca dan akan mengikuti presentasi secara tergesa-gesa. Jika dalam kondisi ini pasti Anda akan merasa gugup,tetapi sebenarnya Anda tidak sendirian karena banyak pembicara yang tidak memiliki keahlian dan rasa percaya diri dalam presentasi. Ciri-ciri orang gugup antara lain :
v Demam panggung
v Gelisah
v Terror berbicara
2.11 Teknik Untuk Mengurangi Rasa Takut Saat Presentasi
Audensi pasti akan memahami hal yang kita rasakan saat kita merasa gugup apabila kita sedang melakukan sebuah presentasi. Perasaan gugup tidak bisa terlihat dan audiensi tidak akan menyadari kesalahan umum yang kita lakukan, sebagian besar pembicara yang mengakui bahwa mereka merasa gugup akan tampak lebih percaya diri di depan umum. Jadikan diri anda sendiri dan menjadi rileks. Ambil lah posisi yang nyaman saat melakukan presentasi.
2.12 Langkah-Langkah Presentasi
a. Memperkenalkan diri (nama kelompok)
b. Membacakan judul yang aka dipresentasikan
c. Membaca dengan konsentrasi pada informasi yang akan disampaikan
d. Mulai dengan hati-hati dengan permulaan yang telah dopersiapkan dengan baik.
2.13 Penggunaan Alat Bantu
Sebuah presentasi harus dipersiapkan dengan matang, untuk mencapai kesuksesan dalam presentasi diperlukan alat bantu seperti laptop, layar, dan infocus.
Beberapa tips yang perlu diperhatikan dalam menggukan alat bantu :
a. Hindari menggunakan huruf yang realtif kecil,
b. Gunakan huruf datar,
c. Hindari memakai warna yang berlebihan,
d. Buatlah powerpoint secara wajar, gunakan kualitas huruf yang baik dan jelas,
e. Batasi jumlah lembar presentasi,
f. Memiliki argumen yang tepat untuk setiap lembar presentasi yang ditampilkan, dan
g. Jangan menghalangi pandangan audiensi.
2.14 Teknik Presentasi yang Efektif
Presentasi formal biasanya dibagi dalam dua kategori, yaitu presentasi yang tujuannya untuk meyakinkan dan presentasi yang tujuannya untuk memberitahukan. Presentasi merupakan suatu cara untuk mengomunikasikan informasi. Perencanaan presentasi yang efektif memerlukan pemahaman mendasar tentang proses komunikasi. Pemahaman tersebut terdiri dari lima elemen. Kelima elemen tersebut memerlukan pertimbangan, yaitu:
· Pembicara,
· Pesan atau isi,
· Bahasa baik oral atau visual,
· Media atau sistem penyampaian, dan
· Penerima atau audiensi.
Seorang pembicara wajib melakukan persiapan sebelum melakukan presentasi. Diperlukan penelitian yang menyeluruh terhadap topik yang akan disampaikan. Pembicara yang baik selalu menjaga kontak mata dengan audiensi dan terkadang bertanya kepada audiensi. Hindari memberikan perhatian lebih kepada audiensi tertetu.
Pakaian yang dikenakan oleh pembicara juga mempengaruhi presentasi. Tidak harus memakai pakaian yang formal. Pakailah pakaian yang nyaman dan yang membuat pembicara percaya diri. Agar pembicara dapat berkonsentrasi pada materi yang disampaikan. Hindari hal-hal yang secara tidak langsung membuat gaya presentasi kurang baik, yaitu seperti memainkan jam tangan, kalung, dan dasi selama presentasi berlangsung.
Bahasa juga menjadi faktor yang sangat penting dalam presentasi. Bahasa seorang pembicara harus disampaikan secara alami atau seperlunya. Karena pendekatan secara alami lebih cocok dipakai oleh seorang pembicara. Pembicara dituntut:
a) Mampu mengartikulasikan secara jelas dan dapat didengar,
b) Tidak berbicara terlalu cepat atau terlalu lambat,
c) Menghindari jargon, tetapi pembicara dapat memakai istilah-istilah yang relevan
d) Dapat memakai bantuan visual seperti ilustrasi. Keuntungan memakai ilustrasi ialah jika satu ilustrasi dibuat sedemikian rupa dapat mewakili seratus kata,
e) Ilustrasi harus dibuat secara wajar dan mudah dimengerti, dan
f) Hindari pemakaian ilustrasi yang rumit.
Dalam praktiknya, ilustrasi dan gambar dapat dipakai sebagai pendukung saat presentasi. Penggunaan media pendukung tentu saja memerlukan berbagai alat tertentu. Alat bantu secara umum dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu alat bantu mekanik dan teknologi informasi. Untuk keperluan presentasi dapat memanfaatkan program presentasi seperti powerpoint. Alat bantu tersebut digunakan agar pesan yang disampaikan dapat lebih mudah diterima oleh audiensi.
2.15 Berbicara untuk Seminar
Berbicara untuk keperluan seminar adalah salah satu bentuk bicara yang melibatkan banyak audiensi. Secara garis besar kegiatan berbicara dibagi menjadi dua pilihan. Pertama, berbica dimuka umum (public speaking) atau berbicara individual. Kedua, berbicara pada konferensi (conference speaking) atau berbicara kelompok yang meliputi seminar kelompok baik formal ataupun tidak formal, prosedur parlementer, dan debat.
Dalam subab ini membahas mengenai salah satu dari kegiatan ilmiah yang berwujud seminar kelompok ilmiah atau formal misalnya seminar, symposium, lokakarya, dan panel. Seminar merupakan satu bentuk tukar pikiran, yang dapat diartikan suatu proses bahasa tutur dalam bentuk yang diawali dengan penyampaian materi oleh pembicara dan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Selain itu, seminar juga dapat dimaknai sebagai suatu cara yang dapat memecahkan suatu masalah yang sedang hangat dibicarakan dalam suatu masa atau waktu. Seminar sering juga disebut sebagai percakapan terpimpin (terdapat kelompok besar). Hal yang perlu diingat bahwa kelompok adalah gabungan dari individu-individu yang berada dalam suatu ruangan. Setiap individu dalam kelompok biasanya menyadari ketergantungan mereka dalam usaha mencapai tujuan bersama. Oleh karena itu, hendaknya setiap individu timbul kesadaran, sikap saling menghargai, menghormati pendapat orang lain, dan menjaga ketertiban bersama. Dalam seminar, setiap peserta dapat dengan bebas mengemukakan pendapat.
Seminar formal memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
a) Unsur manusia
· Moderator
· Regulator
· Coordinator
· pendengar
b) Unsur materi (harus ada masalah atau topik yang harus dibicarakan)
c) Unsur fasilitas
· Ruangan
· Meja
· Kursi
· Alat audiovisual
· Papan tulis
· Kertas
Pembicara yang efektif menyadari bahwa komukasi merupakan sesuatu yang intelektual dan emosional. Menyusun ide-ide merupakan bagian dari kegiatan tersebut. Kegiatan lainnya ialah memperoleh dan mempertahankan perhatian, seperti halnya:
ü Sampaikan “antusiasme yang terkontrol” subjek presentasi audiensi akan memahami jika pembicara antusias memberikan perhatian.
ü Postur, tekanan: jangan bersandar.
ü Audiensi akan mencerminkan sikap pembicara dan tebarkan perasaan percaya diri, namun tidak terkesan menasihati.
ü Jangan salah menilai antara antusias dengan kebisingan sampaikan tingkat emosi dan perhatian, antisipasi, kesenagan, dan kecemasan.
ü Seminarkan peluang dan tantangan secara terbuka, pertama terangkan tentang keuntungan kemudia jelaskan tentang resiko atau tantangan.
Persiapan variasi, inovasi, dan keunikan akan meningkatkan dampak:
· Perpindahan alternative dan tetap berdiri, berbicara dan mendengarkan, melakukan dan berpikir.
· Menambahkan cerita, anekdot, tanda penghargaan, analogi, dan demonstrasi.
· Menggunakan lelucon secara wajar, buat secara baik.
· Presentasi merupakan gambar hidup bukan foto.
· Posisikan diri untuk memperluas hubungan dengan audiensi.
· Kontak mata merupakan alat utama untuk membangun keterlihatan audiensi.
· Gunakan gerakan tubuh secara alami.
2.16 Persiapan Sebelum Berbicara di Seminar
· Audiensi dituntut untuk memiliki beberapa pertanyaan dasar yang perlu dijawab berdasarkan permasalahan yang dibahas yaitu:
· Mengapa audiensi harus memerhatikan pembicara padahal mereka dapat melakukan hal-hal yang lebih menarik.
· Ketika audiensi mendengarkan presentasi, mengapa mereka harus peduli dengan permasalahan tersebut?
· Audiensi sependapat dengan signifikansi topik, tetapi bagaimana pembicara dapat memberikan pembenaran terhadap ide-ide tersebut?
· Jika audiensi telah merasa yakin, apa yang diinginkan oleh pembicara dari mereka?
2.17 Susun Presentasi Anda Secara Jelas dan Sederhana
a) Prioritaskan topic dan alokasikan waktu secara tepat,
b) Fokuskan hanya pada 3,5 poin utama,
c) Miliki pola pemikiran yang baik (contoh: masalah atau solusi, sebab dan akibat),
d) Gunakan transisi untuk pindah secara halus dari satu poin ke poin lainnya,
e) Gunakan materi pendukung untuk menyorot poin-poin utama,
f) Gunakan contoh, statistic, pendapat ahli, dan anekdot,
g) Susun sesuai keperluan telinga, bukan untuk mata,
h) Gunakan kata-kata yang sederhana, kalimat sederhana, pengulangan, gambar, tanda baca, dan bahasa pribadi,
i) Buat satu kesimpulan yang efektif,
j) Simpulkan, susun gambar akhir, dan persiapkan penutup,
k) Jangan gunakan frasa-frasa asing,
l) Jangan hanya menghadirkan data atau hasil kesimpulan semata dan membiarkan audiensi membuat kesimpulan sendiri,
m) Bagi pandangan dan pemahaman anda dengan auediensi dan sampaikan kepada mereka apa yang telah Anda simpulkan,
n) Bicara secara spontan, seperti dialog dan antusias, dan
o) Gunakan frasa-frasa kunci yang terdapat dalam catatan anda sehingga anda tidak perlu membaca, gunakan LCD/infocus/laptop atau OHP daripada catatan.
2.18 Berbicara dalam Situasi Formal
Berbicara sangatlah berperan dihadapan suatu kelompok. Seseorang yang memiliki keterampilan berbicara dengan baik akan dapat dengan mudah menyampaikan ide dan gagasannya kepada orang lain, serta dapat membuat orang lain bisa menerima gagasan tersebut dengan baik. Sebaliknya, jika seseorang kurang memiliki keterampilam berbicara tentu saja orang tersebut akan mengalami kesulitan dalam menyampaikan suatu gagasan kepada orang lain, serta membuat orang lain ragu terhadap gagasan yang dikemukakan orang tersebut.
Berbicara dalam situasi formal dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Sebagai contoh, kegiatan berbicara yang bersifat formal ialah seminar. Pada kegiatan seminar orang yang terlibat didalamnya harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta harus memiliki persiapan dan keterampilan. Kemampuan tersebut tidak hanya datang begitu saja, tetapi juga membutuhkan latihan dan bimbingan yang intensif.
“Berbicara untuk Keperluan Akademik.” Pada hakikatnya berbicara berkaitan dengan berbicara yang bergenre ilmiah. Berbicara yang ilmiah adalah semua hal yang dibicarakan berlandaskan pada hal-hal yang bersifat ilmiah atau bersifat ilmu pengetahuan.
Seperti kita ketahui bahwa penemuan suatu pengetahuan tidak bersifat mutlak benar seratus persen, tetapi bersifat relatif dan sangat mudah dibantah atau ditolak. Semua penemuan tetap terbuka untuk dipertanyakan, dipersoalkan, dan diperbaiki. Hal ini dapat kita tanamkan kepada siswa kita melalui penelitian, seminar ilmiah, seminar, dan simposium.
Dalam kegiatan ilmiah yang demikian itu, menuntut keterampilan kita untuk mengemukakan pendapat yang didukung oleh argumentasi yang kuat untuk meyakinkan orang lain. Argumentasi yang kuat harus kita lengkapi dengan pemakaian bahasa yang bebas nilai, artinya terlepas dari unsur emotif dan efektif.
Aspek-aspek penggunaan bahasa ketika berbicara dalam situasi formal:
1. Menggunakan bahasa baku, maksudnya menggunakan bahasa yang biasanya dipakai orang.
2. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat pendidikan dan kemampuan audiensi.
3. Menggunakan bahasa yang tidak menyinggung perasaan pendengar atau audience.
4. Menggunakan bahasa yang efektif.
5. Menggunakan istilah yang relevan dengan topik yang dibahas.
6. Memerhatikan informasi atau pesan yang benar dan bermanfaat bagi pendengar atau audience.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setiap hari kita tidak terlepas dari aktivitas berbicara, apakah itu berbicara dalam kegiatan ilmiah, interaksi antar individu, atau forum ilmiah sehingga setiap individu memerlukan keterampilan khusus dalam menguasai bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dalam suatu kegiatan ilmiah seperti seminar, debat ataupun rapat kita sebagai pembicara dituntut dapat menyampaikan pesan secara reproduktif dan impersonal. Reproduktif, artinya si penerima pesan harus menerima pesan yang benar-benar sama dengan yang dimaksud oleh pembicara. Impersonal, artinya kata ganti perorangan harus dihilangkan dan diganti dengan kata ganti yang universal, misalnya peneliti atau ilmuan.
Persiapan-persiapan penyajian itu dapat dilihat melalui tujuh langkah berikut:
1) Meneliti masalah, meliputi:
· Menentukan maksud.
· Menganalisis pendengar dan situasi.
· Memilih dan menyempitkan topik.
2) Menyusun uraian, meliputi:
· Mengumpulkan bahan.
· Membuat kerangka uraian.
· Menguraikan secara mendetail.
3) Mengadakan latihan, meliputi:
· Berlatih dengan suara nyaring.
Aspek-aspek penggunaan bahasa ketika berbicara dalam situasi formal:
1. Menggunakan bahasa baku, maksudnya menggunakan bahasa yang biasanya dipakai orang.
2. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat pendidikan dan kemampuan audiensi.
3. Menggunakan bahasa yang tidak menyinggung perasaan pendengar atau audience.
4. Menggunakan bahasa yang efektif.
5. Menggunakan istilah yang relevan dengan topik yang dibahas.
6. Memerhatikan informasi atau pesan yang benar dan bermanfaat bagi pendengar atau audience.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, A. d. H., 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kencana.
Tarigan, H. G., 1986. Menulis : Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Comments
Post a Comment