Contoh Cerita Pendek "Kue Tanpa Lilin"
KUE TANPA
LILIN
ketika sang fajar mulai menyingsing
aku terbangun karena mendengar suara adzan yang dikumandangkan oleh penjaga
asramaku. begitu juga dengan teman-temanku yang mulai terjaga dari tidurnya. Adzan
selesai berkumandang dan semuanya bergegas keluar dari asrama untuk berwudhu
lalu melaksanakan shalat shubuh.
seperti biasanya kami membaca
al-qur'an selama satu jam setelah shalat subuh. ini merupakan satu hal yang
kadang membosankan bagi kami.
"Hus
kita keluar yuk!" kataku mengajak Husni karena mulai bosan.
"Kemana?"
jawabnya singkat.
"Ke
asrama,aku ngantuk nih,lagian kita juga udah nyetor hafalan di ustadz"
sambungku.
"Apa-apaan
sih kamu? kamu nggak tau ya ini waktunya ngapain?,ini tuh waktu buat baca
al-qur'an" bentaknya.
aku
tersedak karena biasanya dia yang mengajak duluan untuk tidur di asrama. Akupun
melanjutkan membaca al-qur'an dengan hati yang tidak karuan. Satu jam berlalu
dan kami kemudian diizinkan untuk kembali ke asrama. sesampainya di asrama aku
menemuan kasurku yang telah kurapikan sebelumnya berantakan.
"Andi,kamu
tahu nggak siapa yang berantakin kasur aku?" tanyaku sopan.
"Jadi
kamu nuduh aku berantakin kasur kamu?" balasnya dengan nada tinggi.
"Nggak
kok,aku cuma mau nanya kamu aja Ndi"
"Alah
jangan ngeles lah kamu!" jawabnya sambil memalingkan wajahnya.
Aku
terdiam keheranan dan tak bisa berkata-kata lagi. Akupun merapian kasurku
kembali kemudin bergegas ke kamar mandi untuk bersiap-siap berangkat sekolah. Sesampainya
di kamar mandi,aku terkejut karena tidak menemukan peralatan mandiku di tempat
biasa aku menaruhnya. Setelah mencari-cari aku menemukannya di dalam kloset.
terpaksa aku mandi tanpa menggunakan sabun dan shampo.
Bel hampir berdering dan aku sudah
siap untuk masuk kelas dengan seragam lengkapku,tetapi saat aku hendak mencari
sepatu di rak aku tidak menemukannya. ketika aku mencari sepatuku bel masuk
kelas berbunyi,aku semakin cemas dan berusaha mencari dan berusaha mencari
sepatu itu agar bisa menyusul teman-teman yang sudah terlebih dahulu masuk
kelas. Setelah membongkar bak sampah yang ada di sekitar rak aku berhasil
menemukan sepatuku.
Di dalam sepatuku aku menemukan
selembar kertas yang bertuliskan "Ini balasan karena kamu udah fitnah
Andi. Izam". Aku tercengang karena Izam merupakan teman karibku juga
bersifat kontra kepadaku,aku berusaha menahan agar air mataku tidak merayap di
pipiku. Aku kemudian bergegas memasuki kelas,aku mengucapkan salam dan guru
membalas salamku. Semua mata tertuju padaku,aku bisa merasakan darah mulai
memerahkan wajahku.
"Kenapa
kamu baru datang sekarang?" tanya guruku.
Aku
diam tidak sanggup menjawab.
"keluar
sana,kamu sudah telat lebih dari lima menit" sambungnya.
Teman-teman
tertawa keras mendengar hal itu. Aku meninggalkan kelas dengan hati yang gundah
sambil bertanya-tanya "ada apa dengan hari ini? mengapa semua orang
berubah menjadi sensitif dan membenciku?" tanpa ku sadari ternyata air
mataku mulai membasahi pipiku. Aku kemudian pergi ke kamar mandi agar tidak ada
orang yang melihatku menangis. Aku diam di kamar mandi dalam waktu yang lama.
Waktu shalat dzuhur suda dekat akupun keluar dari kamar mandi dan
mengendap-endap masuk ke asrama karena malu jika mata sembab ku dilihat
teman-teman.
Bel pulang berbunyi,aku langsung
berpura-pura tidur agar teman-temanku tidak bisa mencari masalah lagi denganku.
Mereka mulai memenuhi asrama dan hatiku menjadi gemetar karena aku merasa tidak
tenang.
"Wah
siapa ini yang saat waktu shalat sudah dekat?" teriak Izam pada semua
orang yang ada di asrama.
Teman-teman
mulai berkumpul di sekitar kasurku ,akupun mulai mengeratkan selimut yang
membalut seluruh tubuhku.
"Hai
Fikri,ini ada yang tidur saat waktu shalat sudah dekat" kata galih
memanggil ketua asrama kami yang begitu tegas.
"Cholis
bangun! Waktu shalat sudah dekat!!" kata Fikri tegas.
Dengan
penuh rasa malu aku perlahan-lahan membuka selimutku,kemudian aku mencoba untuk
mengangkat wajahku yang tertunduk. Mereka semua tersenyum melihatku.
"Ada
apa?" tanyaku bingung
Senyum
mereka semakin lebar. Kemudian dari balik kerumunan tersebut Husni datang
membawa kue ulang tahun dan beberapa teman lainnya membawa berbagai macam
makanan sehingga aku semakin bingung.
"Selamat
ulang tahun!!" kata Izam padaku yang disusul sorakan gembira dari semua
teman-teman yang ada di sana. Aku baru sadar kalau sekarang adalah tanggal 11
Januari yang merupakan tanggal kelahiranku. Mataku yang tadinya sembab karena
air mata kesedihan kini semakin mengembang karena air mata haru. Izam kemudian
mendekatiku dan menyuruhku memotong kue tanpa lilin tersebut. Setelah
memotongnya,aku kemudian membagikannya ke teman-teman yang lain. Hatiku terasa
kian mencair karena mendengar gelak tawa kami bersama.
Ketika aku hendak membuka lemari
untuk mengambil sapu tangan aku menemukan banyak kado di dalamnya. Aku
tersenyum kecil,ketika aku membalikkan badan hendak bertanya kepada mereka
tentang kado tersebut aku melihat mereka berbaris rapi untuk meminta maaf
padaku. Izam berbisik padaku
"Maafin
aku ya,tadi aku sama teman-teman cuma bermaksud buat ngerjain kamu,nggak
benrean marah kok"
"Tunggu
pembalasanku" balasku dengan senyum simpul.
Tak terasa adzan berkumandang
kemudian kami semua bergegas untuk bersiap sholat dzuhur. Aku menuju masjid
dengan hati yang lega karena semuana sudah kembali normal. Meski kejutan mereka
sederhana dan jebakan mereka menyakitkan,mereka merupakan teman terbaikku,dan
ini mungkin kejutan yang pertama kalinya ada dalam pondok ini.
Comments
Post a Comment